Dear, Reza
Entah sudah sebanyak apa kata, kalimat dan surat yang sudah aku tulis untukmu. Beberapa ada yang pernah kau baca, ada pula yang aku sembunyikan sangat dalam diantara tumpukkan buku, dan ada yang didalamnya terselip setangkai mawar merah dan putih pemberianmu yang mungkin sekarang sudah mengering. Tapi aku selalu berharap kau mampu membaca seluruh isi suratku suatu saat, tanpa ada yang terlewat. Aku lebih suka menulis surat untukmu, kenapa? karena aku tau waktu kita tidak pernah banyak. sebetulnya aku juga ingin cerita banyak padamu, tapi lagi2 waktumu tidak banyak. Sibuk, Ya teruskan saja kau begitu, aku tidak ingin mengganggu.
Dan sekarang aku menulis satu lagi surat untukmu. Rasanya tidak pernah bosan aku meluapkan semua perasaanku tentangmu. Meskipun aku tau, hampir semua yang aku tulis untukmu intinya masih itu-itu juga.
Tapi akan sedikit berbeda untuk kali ini. Hampir tiga tahun berlalu denganmu, dan aku bosan menuangkan kejengkelan, kemarahan, kekaguman terhadapmu dan hal lain yang bisa membuatmu galau jika membaca tulisan-tulisanku.
Apapun, apapun yang pernah aku katakan, aku tulis tentangmu, tetap saja bagiku dan semoga kau tetap menjadi yang satu-satunya orang lain yang menjadi bagian dari kisahku disamping teman dan sahabat-sahabatku.
Harapan. Aku sangat tau, berharap sesuatu pada manusia mungkin bisa menimbulkan kekecewaan. Begitupun harapanku padamu. Tapi semoga saja tidak begitu.
***
Aku mengenalmu mungkin jauh sebelum tiga tahun yang lalu. Sebelum tahun pertama kita saling bertegur sapa. Sampai akhirnya seseorang memberikanku surat pertamamu. Surat yang belum pernah kau tulis, bahkan belum sempat kau baca seluruh isinya. Aku masih bisa mengingat sebut saja sajak atau puisi pada bait terakhir. Surat yang spesial dibuatkan temanmu untukmu dan untukku pada selembar kertas orange.
“ jika ada sepuluh orang yang melihatmu,
maka salah satunya adalah aku.
Jika ada lima orang orang yang menyukaimu ,
maka salah satunya aku.
Dan jika ada seseorang yang sangat mencintai dan menyayangimu,
maka orang itu adalah aku.”
Aku hanya cekikikan saat itu. Sungguh tidak ada perasaan bahagia apalagi berbunga-bunga, Perasaan yang wajib dirasakan pada seorang remaja jatuh cinta. Aku hanya menangkapnya sebagai suatu lelucon yang membuat aku malu saat berpapasan denganmu.
***
Tapi sekarang, semuanya berubah, seolah menjadi terbalik.
Mengapa rasanya ingin menangis jika melihatmu berfoto dengan teman-teman perempuanmu yang tidak aku kenal? Atau saat kau bercengkrama dengan mereka, atau saat dimana kau dan lelucon teman-teman lelakimu yang tanpa sengaja merendahkan kaum ibumu.
Setelah sejak lama, kini aku merasakan lagi rasanya menangis, patah hati, kemudian jatuh cinta lagi, lalu patah hati, menangis dan begitu seterusnya. Tapi selalu, aku masih berharap padamu. Walaupun terkadang lelah menyuruhku berhenti melakukan hal sia-sia. Dan entah berapa kali aku menjerit pada Tuhan agar aku menikmati hidupku hanya untuk diriku sendiri. Menjadi bintang kelas dan anti pada pria-pria yang kerjaannya hanya menangisi. Tapi aku tau kau tidak begitu.
Aku merasa kau mengubahku banyak.
Sekarang, dengan mudah aku dapat membiarkan orang lain menebak jalan pikiranku, dan membiarkan orang lain mengetahui bagaimana perasaanku sebenarnya. Ya, seperti ini contohnya. Tapi tidak benar rasanya jika aku menyalahkanmu atas perubahan ini. Tentu saja aku yang lebih berperan atas diriku sendiri.
***
Ingin rasanya, kau mengusap kepalaku saat dimana semakin hari aku semakin merasa bodoh. Aku ingin kau menghormati setiap keputusanku yang tidak sesuai dengan kehendakmu, karena bagaimanapun aku tetap menimbang pendapatmu. Dan berhentilah tertawa saat aku tidak tahu siapa Muhammad Ali itu. oya jangan sebut aku pemalas saat memang aku sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun dan jangan perlakukan aku seperti patung. Love is respect dan memang sudah seharusnya begitu.
Kau bukan orang yang romantis. Bukan pula tipe pria perhatian. Terkadang aku iri pada teman yang yang diberikan perhatian lebih oleh pasangannya. Tapi aku menghibur diri dengan meyakini bahwa pria romantis, perhatian dan gombalannya hanyalah mereka pria playboy yang tidak bisa dibandingkan denganmu. Dan benar saja aku lebih beruntung karena kau masih saja bersabar menghadapi keinginan-keinginanku yang kadang tidak masuk akal dan kemarahanku yang tidak beralasan.
Aku dan kau memang berbeda. Dan aku ingin kita tampil apa adanya. Jika banyak perempuan didunia ini yang selalu menuntut pasangannya, aku akan membiarkanmu tampil sebagai diri sendiri. Seburuk apapun itu.. Namun jika ada yang perlu diubah mungkin kita bisa mengubahnya sama-sama.
Entahlah, aku merasa semakin tergantung padamu. Dan tidak seharusnya pula aku begitu. Tapi lagi-lagi aku tidak bisa membayangkan, bagaimana jika aku harus beradaptasi dengan orang baru? Karena aku hanya terbiasa denganmu. Dan hanya ingin denganmu.
Kita masih muda, jalanpun masih panjang. Dan Tuhan tidak pernah membocorkan pada kita tentang jalan apa yang ditulisnya.
A girl who really do love you,
Septi