Showing posts with label All about Love. Show all posts
Showing posts with label All about Love. Show all posts

6.18.2012

Tentang Aku dan Rein; Singkat, tapi Berarti



Aku gelisah menatap jarum jam ditangan kiri.  Langit yang tadi cerah sudah berubah jingga. Sementara Rein masih asyik menatap langit. Bersandar pada batang pohon karet rindang, ditaman kota.

“Aku betah berlama-lama denganmu disini” Kata Rein. Perempuan yang menjadi pacarku sejak tujuh tahun kebelakang. “Iya. Sayang waktu kita tidak lebih dari beberapa jam. Dan. ini sudah hampir malam.” Tegasku. Dan lagi, aku mengangkat tangan kiri ke depan mata.
“Dua-tiga jam dalam seminggu, bukan sehari.” Keluhnya. Sambil menghembuskan napas sesal atau mungkin kesal. “Kadang dua-tiga jam untuk sebulan.” Lanjutnya, tanpa memperdulikan pernyataanku yang sudah ingin buru-buru pulang.

Intensias pertemuan kami otomatis menurun sejak aku dan dia disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Aku yang baru pertama mendapat tawaran bekerja, lantas langsung menerima walau harus ditugaskan di Bogor.

Ternyata, tidak bagi Rein. Kesibukan tidak serta-merta membuatnya menyerah. Kadang aku tidak mengerti arah pikirannya. Ia ingin pertemuan kami tidak berubah. Tetap sama, seperti saat kami masih satu kelas saat kuliah dulu. Bertemu hampir setiap hari. Padahal bukan hanya waktu yang berubah. Manusia, juga harus berubah seiring berjalannya waktu. Bandung-Bogor bukan jarak yang bisa ditempuh setiap hari. Pulang-pergi.

Aku menyayangi Rein, sangat. Rambutnya panjang, hitam manis. Ada lesung pipit saat dia tersenyum. Oh dia agak gemuk sekarang. Tapi aku tetap jatuh cinta. Satu hari dalam seminggu, aku sempatkan bertemu dengannya. Meski pekerjaanku seabreg. Walau hari minggu adalah satu-satunya waktuku untuk istirat. Untunglah, melihat wajah Rein saja sudah lebih dari istirahat bagiku. Semua penat melebur, meleleh begitu saja.

“Rein, mengapa kamu betah berlama-lama denganku? Aku belum mandi tadi pagi lho.” Kataku tidak benar dan berlebihan. Padahal badanku masih beraroma Burberry italian parfume. Rein membelalak, dan tertawa, lalu dia diam. Entah apa yang sedang dia lihat. Padangannya jauh, lurus ke depan.

“Saat bersamamu, dunia mendadak sempit. Hanya ada aku dan kamu. Tidak ada yang lain. Bahkan aku sendiri lupa, aku makan apa pagi tadi?” Aku ingin menjawab ‘Jadi kamu anggap apa orang-orang yang dari tadi lalu-lalang?’ tapi aku tahan. Lebih baik diam. “Sampai-sampai, aku lupa pulang. Aku baru mau pulang saat kau mulai ngomel-ngomel. Membuatku merasa bersalah menyuruhmu datang jauh-jauh ke Bandung” Lanjutnya lirih. 

Spontan, aku merasa.. terkadang aku tidak lebih dari seorang mandor bukan kekasihnya. Yang penting, tau beres. Tanpa mau tau, sesusah dan seperti apa usaha Rein mempertahankan hubungan kami. 

“Sebetulnya, bukan pertemuan yang sesering mungkin, Bob” Kata Rein, seolah baru membaca apa yang baru aku pikirkan. Oh ya, namaku Raka. Gara-gara dulu, model rambutku berponi didepan, Rein memanggilku ‘Bob’. Sampai sekarang.
“Singkat, tapi berarti.” Rein melanjutkan kalimatnya.

"Pertemuan yang memakaikan sweater pada tubuh yang dingin. Pertemuan yang menyalakan api diatas lilin, diantara gulita. Pertemuan yang meneteskan obat merah pada luka." Rein menatapku penuh haru. Dulu sekali, dia pernah berkata demikian saat aku hendak pergi. "You're still remember." Senyumnya merekah.

“We always will be.” Sambutku. Tidak terdengar seperti janji. Tapi itu harapan. Atau aku bisa menyebutnya do’a. Siapa tau diamin’ni oleh malaikat yang kebetulan lewat.

6.17.2012

Dalam; Ruang Kosong Tanpa Nama


Tanggal berapa sekarang???

Tidak berhenti kau mengecek kalender tiap harinya. Padahal kau tau hari ini, besok, bukanlah tanggal 23. Masih jauh. Melihat angka-angka..meski sudah tau jawabanya hanya sebatas pemuas. Hanya sebuah harapan yang ganjil, agar tiba-tiba kau dikejutkan dengan kehadiran seseorang. Menunggu memang akan terasa lebih lama jika dibanding dengan membiarkannya mengalir begitu saja. 
Waktu sepertinya senang meledek mereka yang mematung pada detik jam. Kau, rela membatu untuk itu.

Sesungguhnya kamu tidak merindukan siapa-siapa. Juga dia. Kau hanya tidak ingin sendirian. Entah... apa yang kau takutkan?

Hingga saat itu tiba, kau baru sadar dia tidak akan pernah datang. Kecewa, tapi kuat.
‘Aku sering ditikam cinta. Panahnya melesat cepat, menusuk. Merajam seperti batu. Tapi aku tetap berdiri’

‘Cinta’ itu bukan apa-apa. Hanya sebatas pengisi. Hal asing yang mengisi ruang kosong tanpa nama jauh didalam hati. ‘Cinta’. Kenisbian yang dimutlak-mutlakkan. Yang diharus-haruskan.
Sampai kau percaya, ‘Cinta’ lebih sering menghadirkan lara dan marra. 

Lalu kau pergi ke gunung...

‘Menjerit dan menangis selagi aku bisa.’


Kemudian kau lari ke pantai...

‘Hanya aku, pasir dan ombak.’


4.17.2012

Cita dan Cinta


Kamu terlihat cool, dengan potongan rambut baru yang bikin pangling. Ganteng. Ya, Cuma itu yang ada dipikiranku sekarang. Sambil menunggu minuman yang kita pesan, diam-diam aku melirik untuk mengagumi penampilanmu malam ini.

Sudah hampir setengah jam, dan kamu masih berdiam diri. Memandangi gelas yang isinya sudah habis. Lalu kamu menarik napas. Spontan, aku langsung mengarahkan mataku padamu. eh aku kira kamu akan memulai bicara, tapi sekarang malah memainkan es. Memutar-mutarnya dengan sedotan.

Malam ini kita ketemu ya? Aku mau bicara, penting! 
Pesan itu masih terngiang dalam benakku. Sepenting apa sih? Ayo dong! penasaran nih.

“Mau pesan makan dulu?” Kamu seperti sedang mencari cara membuat dirimu tenang. Matamu menatapku tajam. Ada cinta, juga beban disana.
“Tidak usah. Aku mau dengar.. “ belum selesai, kamu langsung memotong.
“Minggu depan aku ke Jakarta. Jadi mahasiswa disana.” Sekarang kau malah bersemangat. Cuma ini saja, dan aku harus menunggu lama? Tapi matamu sayu. Mencurigakan. Ingin bertanya kenapa atau ada apa? Tapi aku masih tahan dan coba sabar.
“hah?? bagus dong. Bukannya cita-cita kamu kuliah disana?” Sepertinya aku mulai tahu kemana arah pembicaraan kita.
“iya...” Suaranya melembut sekarang.
“iya.. terus? Apa kita masih pacaran?” Aku tidak tahan. Sudah habis kesabaranku. Aku tidak mau kamu mengundur-undur atau berdiam diri lagi.

Lima jari kananmu menyisir rambut depan, kebelakang. Kemudian bersandar pada kursi yang lebih mirip sofa. Sangat keren. “Ya iya dong sayang, Long distance relationship masih bisa kan? Kalau kamu percaya..” Ingin menjerit rasanya. Sama sekali tidak pernah kubayangkan kalau saat-saat ini akan datang.

Rindu itu sama sekali tidak indah, tidak manis, dan tentu saja tidak enak. Menyiksa.

“Orang bilang, cita dan cinta itu bertolak belakang. Jadi kamu harus memilih salah satu, cita atau cinta?”
“Cita atau cinta?? Kamu menatapku dengan mata penuh pertannyaan.

Baiklah, tidak usah. Aku tau jawabannya.



4.08.2012

cerita cinta abadi

“Cinta itu mensucikan akal, menghilangkan kerisauan, memunculkan keberanian, mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat, mengenakan kewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang soleh dan cubaan bagi ahli ibadah,” Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya Raudah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin memberikan ulasan mengenai pengaruh cinta dalam kehidupan seseorang.

Bila seorang kekasih telah singgah di hati, fikiran akan terpaut pada cahaya wajahnya, jiwa akan menjadi besi dan kekasihnya adalah magnet. Rasanya selalu ingin bertemu walaupun sekadar sekejab. Memandang sekilas bayangan sang kekasih membuat jiwa ini seakan terbang menuju langit ke tujuh dan bertemu dengan jiwanya.



Indahnya cinta terjadi saat seorang kekasih secara samar menatap bayangan orang yang dikasihi. Bayangan indah itu laksana air yang menyirami, menyegarkan, menyuburkan pepohonan taman di jiwa.

Dahulu di kota Kufah tinggallah seorang pemuda tampan rupawan yang tekun dan rajin beribadat, dia termasuk salah seorang yang dikenali sebagai ahli zuhud. Suatu hari dalam pengembaraannya, pemuda itu melalui sebuah perkampungan yang banyak didiami oleh kaum An-Nakha’. Demi melepaskan penat dan lelah setelah berhari-hari berjalan maka singgahlah dia di kampung tersebut. Di persinggahan si pemuda banyak berkenalan dengan kaum muslimin. Di tengah kekhusyu’annya berkenalan itulah dia bertemu dengan seorang gadis yang cantik jelita.

Sepasang mata bertemu, seakan saling menyapa, saling bicara. Walau tak ada gerak lidah! Tak ada kata-kata! Mereka berbicara dengan bahasa jiwa. Kerana bahasa jiwa jauh lebih jujur, tulus dan apa adanya. Cinta yang tak terucap jauh lebih berharga dari pada cinta yang hanya ada di hujung lidah. Maka jalinan cintapun tersambung erat dan membahu kuat. Begitulah sejak melihatnya pertama kali, dia pun jatuh hati dan tergila-gila. Sebagai anak muda, tentu dia berharap cintanya itu tak bertepuk sebelah tangan, namun begitulah ternyata gayung bersambut. Cintanya tidak berada di alam khayal, tapi mejelma menjadi kenyataan.


Benih-benih cinta itu bagai anak panah melesat dari busurnya, pada pertemuan yang tersamar, pertemuan yang berlangsung sangat sekejab, pertemuan yang selalu terhalang oleh hijab. Demikian pula si gadis merasakan hal serupa sejak melihat pemuda itu pada kali yang pertama.


Begitulah cinta, ketika ia bersemi dalam hati… berkembang dalam kata… terurai dalam perbuatan…Ketika hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya. Ketika hanya berhenti dalam kata, itu cinta yang disertai dengan kepalsuan dan tidak nyata…


Ketika cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon; akarnya terhujam dalam hati, batangnya tertegak dalam kata, buahnya terjurai dalam perbuatan. Persis seperti iman, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh amal.

Semakin dalam makna cinta direnungi, semakin besar fakta ini ditemui. Cinta hanya kuat ketika ia datang dari peribadi yang kuat, bahwa integriti cinta hanya mungkin lahir dari peribadi yang juga punya integriti. Kerana cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai yang harus lihat setiap masa sepanjang bersama....

Begitu pun dengan si pemuda, dia berfikir cintanya harus diselamatkan! Agar ia tidak jadi liar, agar ia selalu ada dalam keabadian. Ada dalam bingkai syari’atnya. Akhirnya diapun mengutus seseorang untuk meminang gadis pujaannya itu. Akan tetapi keinginan tidak selalu seiring dengan takdir Allah. Ternyata gadis tersebut telah ditunangkan dengan saudaranya.

Mendengar keterangan ayah si gadis itu, pupus sudah harapan si pemuda untuk menyemai cintanya dalam keutuhan syari’at. Gadis yang telah dipinang tidak boleh dipinang lagi. Tidak ada jalan lain. Tidak ada jalan belakang, simpang kiri, atau simpang kanan. Mereka sedar betul bahwa jalinan asmaranya harus diakhiri, kerana kalau tidak, justeru akan merosakkan ’anugerah’ Allah yang terindah ini.

Bayangkan, bila dua kekasih bertemu dan masing-masing silau serta mabuk oleh cahaya yang terpancar daripada orang yang dikasihi, ia akan melupakan harga dirinya, ia akan melepas baju kemanusiaannya dengan melanggar batasan. Dan, sekali bunga dipetik, ia akan layu dan akhirnya mati, dipijak orang kerana sudah tak berguna lagi. Jalan belakang tak ubahnya seperti anak kecil yang merosakkan mainannya sendiri. Penyesallan pasti akan datang kemudian hari, menangispun tak berguna, menyesal tak mengubah keadaan, badan hancur jiwa binasa.


Cinta si gadis cantik dengan pemuda tampan masih menggelora. Mereka seakan menahan beban cinta yang sangat berat. Si gadis berfikir mungkin masih ada ruang untuk ’diikhtiarkan’ maka rancangan disusun dengan segala kemungkinan terpahit. Maka si gadis mengutus seorang hambanya untuk menyampaikan sepucuk surat kepada pemuda tambatan hatinya:



”Aku tahu betapa engkau sangat mencintaiku dan kerana betapa besar penderitaanku terhadap dirimu sekalipun cintaku tetap untukmu. Seandainya engkau mahu, aku akan datang ke rumahmu atau aku akan memberikan kemudahan kepadamu bila engkau mahu datang ke rumahku.”

Setelah membaca isi surat itu dengan saksama, si pemuda tampan itu pun berpesan kepada hamba pembawa surat wanita pujaan hatinya itu.

“Dua tawaran itu tidak ada satu pun yang kupilih! Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar bila aku sampai durhaka kepada Tuhanku. Aku juga takut akan neraka yang api dan jilatannya tidak pernah surut dan padam.”

Pulanglah hamba kekasihnya itu dan dia pun menyampaikan segala yang disampaikan oleh pemuda tadi.

Tawaran dijawab? Dua orang kekasih? Sungguh sebuah tawaran yang memancarkan harapan, membersitkan kenangan, menerbitkan keberanian. Namun bila cinta dirampas oleh gelora nafsu rendah, keindahannya akan lenyap seketika. Dan berubah menjadi naga yang memuntahkan api dan menghancurkan harga diri kita. Sungguh hairan bila saat ini orang suka menjadi mangsa dari amukan api yang menghilangkan harga dirinya, dari pada merasakan keindahan cintanya.

“Sungguh selama ini aku belum pernah menemui seorang yang zuhud dan selalu takut kepada Allah swt seperti dia. Demi Allah, tidak seorang pun yang layak menyandang gelaran yang mulia kecuali dia, sementara hampir kebanyakan orang berada dalam kemunafikan.” Si gadis berbangga dengan kesolehan kekasih hatinya.

Setelah berkata demikian, gadis itu merasa tidak perlu lagi kehadiran orang lain dalam hidupnya. Pada diri pemuda itu telah ditemui seluruh keutuhan cintanya. Maka jalan terbaik setelah ini adalah mengekalkan diri kepada ’Sang Pemilik Cinta’. Lalu diapun meninggalkan segala urusan duniawinya serta membuang jauh-jauh segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Memakai pakaian dari tenunan kasar dan sejak itu dia tekun beribadat, sementara hatinya merana, badannya juga kurus oleh beban cintanya yang besar kepada pemuda yang dicintainya.

Bila kerinduan kepada kekasih telah memuncak, dan dada tak sanggup lagi menahan kehausan untuk bersua, maka saat malam tiba, saat manusia terlelap, saat bumi menjadi lengang, diapun berwuduk. Solatlah dia dikegelapan gelita, lalu menadahkan tangan, memohon bantuan Sang Maha Pencipta agar melalui kekuasaa-Nya yang tak terbatas dan dapat menjangkaui ke semua wilayah yang tak dapat disentuh manusia., menyampaikan segala perasaan hatinya pada kekasih hatinya. Dia berdoa kerana rindu yang sudah tak tertanggung, dia menangis seolah-olah saat itu dia sedang berbicara dengan kekasihnya. Dan ketika tidur kekasihnya hadir dalam mimpinya, berbicara dan menjawab segala keluh-kesah hatinya.


Dan kerinduannya yang mendalam itu menyelimuti sepanjang hidupnya hingga akhirnya Allah memanggil ke ribaNya. Gadis itu wafat dengan membawa serta cintanya yang suci. Yang selalu dijaganya dari belitan nafsu syaithoni. Jasad si gadis boleh terbujur dalam kubur, tapi cinta si pemuda masih tetap hidup subur. Namanya masih disebut dalam doa-doanya yang panjang. Bahkan makamnya tak pernah sepi diziarahi.


Cinta memang indah, bagai pelangi yang mengsyihir kesedaran manusia. Demikian pula, cinta juga sangat perkasa. Ia akan menjadi benteng, yang menghalau segala dorongan yang hendak merosakan keindahan cinta yang bersemayam dalam jiwa. Ia akan menjadi penghubung antara dua anak manusia yang terpisah oleh jarak bahkan oleh dua dimensi yang berbeza.


Pada suatu malam, saat kaki tak lagi dapat menyanggah tubuhnya, saat kedua mata tak kuasa lagi menahan mengantuknya, saat salam mengakhiri qiyamullailnya, saat itulah dia tertidur. Sang pemuda bermimpi seakan-akan melihat kekasihnya dalam keadaan yang sangat menyenangkan.

“Bagaimana keadaanmu dan apa yang kau dapatkan setelah berpisah denganku?” Tanya Pemuda itu di dalam mimpinya itu.

Gadis kekasihnya itu menjawap dengan menyenandungkan untaian syair:


Kasih…


cinta yang terindah adalah mencintaimu,

sebuah cinta yang membawa kepada kebajikan.


Cinta yang indah hingga angin syurga merasa malu

burung syurga menjauh dan malaikat menutup pintu.

Mendengar kata-kata kekasihnya itu, pemuda tersebut lalu bertanya kepadanya, “Di mana engkau berada?”

Kekasihnya menjawab dengan melantunkan syair:

Aku berada dalam kenikmatan

dalam kehidupan yang tiada mungkin berakhir

berada dalam syurga abadi yang dijaga

oleh para malaikat yang tidak mungkin binasa

yang akan menunggu kedatanganmu,

wahai kekasih…

“Di sana aku bermohon agar engkau selalu mengingatku dan sebaliknya aku pun tidak dapat melupakanmu!” Pemuda itu pon cuba membalas syair kekasihnya

“Dan demi Allah, aku juga tidak akan melupakan dirimu. Sungguh, aku telah memohon untukmu kepada Tuhanku juga Tuhanmu dengan kesungguhan hati, hingga Allah berkenan memberikan pertolongan kepadaku!” jawab si gadis kekasihnya itu.

“Bilakah aku dapat melihatmu kembali?” Tanya si pemuda menegaskan

“Tak lama lagi engkau akan datang menyusulku kemari,” Jawab kekasihnya.

Tujuh hari sejak pemuda itu bermimpi bertemu dengan kekasihnya, akhirnya Allah mewafatkan dirinya. Allah mempertemukan cinta keduanya di alam baqa, walau tak sempat menghadirkan romantisnya di dunia. Allah mencurahkan kasih sayang-Nya kepada mereka berdua menjadi pengantin syurga.

Subhanallaah! Cinta memiliki kekuatan yang luar biasa. Harus lah kalau cinta memerlukan aturan. Tidak lain dan tidak bukan, agar cinta itu tidak berubah menjadi cinta yang membabi buta yang dapat menjerumuskan manusia kepada kehidupan haiwan dan penuh kenistaan. Bila cinta dijaga kesuciannya, manusia akan selamat. Para pasangan yang saling mencintai tidak hanya akan dapat bertemu dengan kekasih yang dapat menghapus kerinduan, tapi juga mendapatkan ketenangan, kasih sayang, cinta, dan keridhaan dari dzat yang menciptakan cinta yaitu Allah SWT. Di negeri yang fana ini atau di negeri yang abadi nanti.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum : 21).

wallahualam..................



copyright: here