8.09.2011

Jadi Penulis






Malam ini. Mungkin pagi ini, entah mengapa rasanya sulit untuk memejamkan mata.
Seperti biasa, setelah menulis beberapa kalimat untuk ditampilkan di blog saya, saya selalu browsing mencari inspirasi dari sebuah blog milik seseorang.
Saya sangat takjub dengan tulisan-tulisannya. “seandainya saya sehebat beliau..”

Saya ingin menjadi seseorang yang bisa mencurahkan, memberikan bait-bait kalimat indah yang bisa menyihir para pembacanya, melebihi kharisma sihir Harry Potter yang saya kurang mengerti jalan ceritanya,
*tetapi lebih sering membuat saya cemburu.

Ingin rasanya menjadi seorang penulis. Mungkinkah? mungkinkah???

Sebuah Pilihan


Hidup kita didunia ini hanya sementara. CUMA LEWAT! Katanya...
Aku percaya.
Aku sering termenung sendiri, kadang aku ingin seperti mereka, seperti status-status dan activity di social netwok (facebook) atau mereka yang mulai mengganti rumah kedua.
Mungkin aku akan menyusul, tidak ingin tidak. Meski kadang hal bodoh merasuk dalam diriku yang mengatakan aku tak mampu atau aku yang mulai sedikit ragu.
Tapi aku tidak membiarkan ini berlalu. Segera aku singkap dan aku hapus agak menekan agar tak berbekas sedikitpun.
Kelak aku ingin menjadi orang “besar”. Setiap orang mengiginkan hal yang sama.
Akupun yakin, setiap orang menginginkan kesuksesan dalam hidup mereka.

Aku berfikir dan terus berfikir. Ditengah hujan, panas terik, dinginnya embun yang membuat hatiku layu dan jiwaku yang membeku.
Jika aku menjadi orang “besar” artinya aku menjadi orang sibuk dengan kertas-kertas diatas meja kerjaku, aku akan menelantarkan anak dan suami tercintaku, oh tidak , mungkin saat itu isi rumah masih sepi, tanpa putra putri, karena tidak ada laki-laki yang mau mendekat denganku.
Parahnya, aku mungkin lupa agamaku.

Aku masih ingat, saat di SMP dulu, aku pernah menulis namaku disepucuk kertas dengan gelar yang berderet beserta embel-embel lainnya. Aku berikan pada temanku, iapun menulis yang sama dan berlanjut terus. Hingga aku simpan dan entah dimana sekarang.

Aku bersyukur bahkan sangat bersyukur
Karena Tuhan masih memberi waktu
Untuk aku memilih masa depanku.
Manusia memiliki batas kemampuan. Itu yang aku tau.
Semakin besar kedudukan seseorang, semakin besar pula tanggung jawab yang harus mereka emban.
Aku tak ingin lagi gelar yang berlebihan...
Cukup tertulis huruf Hj sebelum nama depanku, sebelum nama depan kedua orang tuaku.
Bukan untuk mampang, atau ingin dilihat orang.
Ini hanya sebuah impian sederhana, atau lebih tepatnya sebuah kewajiban yang ingin dan harus tercapai jika Tuhan mengijinkannya.
Jaman sekarang, hal seperti ini memanglah sudahlah biasa.
Namun aku hanya melihat euforia disana untuk menandakan (nama jalan).

Impianku
Mungkin kelak aku akan menjadi wanita dengan jubah hitam(semoga ada warna lain) dengan cadar yang melingkar dipipinya. Wajah tertunduk dihadapan tangan lembut laki-laki dengan leher bersorban.
Maaf,bukan ingin terlihat fanatik atau ingin dilirik sinis orang dengan hati yang bergumam “teroris”.
Setiap orang memiliki pilihan !!
Mengertilah.. aku bukan seseorang yang nanggung.

Aku sadar benar, bagaimana setiap orang hanya mengejar dunia saja. Teramat sibuk. Hingga melupakan waktu bercinta bersama Penciptanya. Termasuk aku. Ya aku...
Meski tidak semua..
Tapi tak pernah luput dari pandangan, pendengaran, bagaimana kebanyakan orang berlomba lomba mencapai kekayaan, kemakmuran hidup tanpa mengerti bahwa jika nafas berhenti kesejahteraannya pun pergi tanpa arti.

Bukankah begitu menakutkan sakaratul maut itu??
Lalu bagaimana dengan siksa kubur yang memang benar ada?
Atau padang masyar atau jembatan sirotul mustakim...
Syurga dan neraka.
Aku tak bisa bayangkan.. !!

Aku tidak ingin mengejar dunia semata..