3.15.2012

Cerita Malam


Terkadang kita hanya butuh satu tempat untuk bertanya, mungkin lebih pada seseorang yang berpengalaman agar kita langsung mendapat jawaban. Tapi tidak juga, seseorang yang bisa diajak bercerita saja setidaknya bisa lebih menyenangkan.

Hanya satu dari sekian banyak pilihan disekitarku, cukup satu yang aku mau. Yang menatap mataku dan tidak tertawa apalagi mengernyitkan alis hingga dekat mata, aku tak suka.

Entah sejak kapan aku mulai merasa tidak aman. Bahkan tidak nyaman berada dikamar sendirian, mengingat diriku lebih suka sepi dan keheningan.

Sebetulnya, aku belum mampu membedakan halusinasi, kenyataan, sugesti, juga alam bawah sadar. Otak kita terlaru rumit untuk dipelajari satu-satu, bukan? Singkat kata, aku hanya tau tidur dan bangun, itu saja. Tidur adalah ketika kita berada diatas pembaringan yang empuk, sementara otak kita mengembara, berjalan, kadang berlari atau sesekali bolehlah terjatuh. Atau kita lupa, blank semuanya menjadi hitam.
Aku masih merasa sedang memeluk bantal dengan erat, meski mataku terpejam tapi aku masih bisa mengingat-ingat mimpi semalam. Aku masih ingat kejadian dan aktivitasku dari pagi hingga malam, dan itu artinya aku sudah bangun.

Dan aku memang sedang terjaga dari tidur. Aku juga tahu bahwa ini alam nyata bukan kembang tidur, saat dimana ada suara memangil namaku, langkah, kelereng, tangis, atau bahkan suara berisik menusuk telinga yang akupun tak tahu apa itu.

***
Yang paling terbaru adalah kejadian semalam. Aku memang sudah terbangun dan agak sulit kembali tidur. Seingatku pukul 02.00 dini hari, sambil berbaring dibawah selimut aku masih asik mencocokkan pakaian dengan sepatu dipikiranku. Dan memang hanya itu yang sedang kupikirkan terus beberapa hari ini. Sontak aku kaget dan merasakan jantungku  berdebar sangat cepat saat kudengar sebuah benda memukul benda yang lain, awalnya aku anggap saja itu tikus loncat-loncat. Jantungku semakin berdegup kencang karena kemudian disusul pukulan pada tiang besi pegangan tangga. Baru kali itu aku merasakan jantungku bekerja maksimal. Tidak ada yang bisa aku lakukan, selain melusup dalam bantal dan berdo’a. Namu perlahan, suara bising itupun berhenti bersamaan dengan detak jantung yang kembali stabil.

Aku semakin sulit tidur. Mataku kupejamkan dengan paksa dibalik bantal. Suara detik jam menyadarkan bahwa malam masih panjang. Sekitar satu jam kemudian, kudengar suara pukulan pada pegangan tangga itu kembali. Dengan urutan nada yang lebih teratur. Jika ku tuliskan, mungkin seperti ini “tek-terektek-tek-tek” tidak asing kan? Lanjut, suara itu terus diulang beberapa kali, kadang sangat keras, pelan dan sangat pelan. Dalam keadaan cekam begitu, aku malah menjadi geli dan cenderung ingin tertawa mendengar pukulan yang sama diulang dan diulang lagi dengan nada yang sama sekali tak menakutkan. Yaah walaupun aku tegang juga sebetulnya. Aku sempat beranikan diri menengok kearah suara yang sudah berhenti tapi hanya terlihat sedikit dan sepi.

03.30
Waktu menunjukkan malam segera habis, tepatnya sudah habis (subuh). Tak lama, suara itu datang lagi. Sepertinya aku sudah tidak terlalu takut seperti tadi. Kunikmati saja, mau apa lagi? Kadang bunyi-bunyian juga muncul dari tempat lain. Misalnya suara yang aku tangkap seperti kuku yang diketuk. Seperti biasa, besi tangga itu kembali bunyinya. Malah lebih sering dan ditutup dengan pukulan yang mungkin pada bangku plastik didepan kamar. Bunyinya memang tak jauh dari sekitar situ. seperti orang bermain drum. “pemenangnya adalah ........”  Nah di titik2 itu biasanya ada suara drum, kurang lebih seperti itulah, dan tanpa akhiran.

Saat itu ada empat orang dikamar, tak satupun terbangun atau tersentak oleh suara yang lumayan sangat keras tepat didepan kamar. Mungkin hanya aku yang mendengar? Biarlah... toh paginya aku langsung pulang kerumah tanpa cerita apapun pada kaka, anak kakak (keponakan) dan tetangga yang menginap.
***
Pengalaman seperti ini, sudah lama tak pernah aku bagi selain pada teman dan orang terdekat. Tapi sulit juga meyakinkan mereka bahwa aku ini benar. Terkadang juga lebih baik diam. Karena akan menyakitkan jika orang lain mendengar tapi tak mengerti.

Beberapa kali aku tertarik dengan hal-hal yang tak banyak orang ketahui. Tapi aku tidak tahu jadinya akan begini. Hingga seiring waktu semua terasa semakin berarti.

Septi
15 Maret 2012