2.09.2012

SARASVATI | Story of Peter

Sad eyed boy in his silly pants
Sometimes his there sometimes he hides
Pale fair skin and his tiny hands
Waving from distance in black and white


Nobody sees him when his around
But his beside me whenever im down
Run about and play around my silky dress
Now I could never forget his face


I don't know who you are
And I don't know where your from
Give me your hands
Lets find a light
Leave all this behind
And forget the world


So the silly peter disappear
Now his nowhere to be seen
His not those shades that I fear
And many things remind me of him


DANUR (bukan novel misteri)



Sinopsis...

“ Jangan heran jika mendapatiku sedang berbicara sendirian atau tertawa tanpa seorang pun terlihat bersamaku. Saat itu, mungkin saja aku sedang bersama salah satu dari kelima sahabatku.

Kalian mungkin tak melihatnya.... Wajar. Mereka memang tak kasat mata dan sering disebut... hantu. Ya, mereka adalah hantu, jiwa-jiwa penasaran atas kehidupan yang dianggap mereka tidak adil.

Kelebihanku dapat melihat mereka adalah anugerah sekaligus kutukanku. Kelebihan ini membawaku kedalam persahabatan unik dengan lima anak hantu belanda. Hari-hariku dilewati dengan canda tawa Peter, pertengkaran Hans dan Handrick-dua sahabat yang sering berkelahi-alunan lirih biola William, dan tak lupa: rengekan si Bungsu Jahnsen.

Jauh dari kehidupan “normal” adalah harga yang harus dibayar atas kebahagiaanku bersama mereka. Dan semua itu harus berubah ketika persahabatan kami meminta lebih, yaitu kebersamaan selamanya. Aku tak bisa memberi itu. Aku mulai menyadari bahwa hidupku bukan hanya milikku seorang.... “

*****
Risa Saraswati sekilas tentang “Danur”

Tak mudah melalui fase kehidupan yang cukup rumit dengan usia yang rasanya belum mampu menghadapi serangkaian peristiwa tidak biasa, tak mudah menjalani hidup sebagai anak-anak normal jika semua yang kuanggap normal ternyata hal-hal tidak normal. 

Kuanggap tembok adalah benda hidup, sama seperti kalian.. teman-teman yang bisa kuajak berinteraksi untuk mendiskusikan apapun yang kuanggap penting. Kuanggap pohon adalah makhluk bergerak yang setiap saat bisa saja kumintai bantuan, yang setiap saat ikut bergerak saat kumelangkah, dan setiap saat melihat apa yang akan kulakukan..mencermati isi kepalaku.

Tubuhku begitu kecil saat kutahu kelima sahabatku ternyata onggokan belulang manusia tanpa kepala yang jelas jauh berbeda denganku yang masih bisa berdiri tegap, melangkah bebas, menapaki tanah, dan nyata untuk diraba. Bukan takut yang menyergap, perasaan iba muncul ke permukaan melebihi apapun yang pernah kurasakan terhadap makhluk-makhluk sepertiku.

Aku masih belia ketika akhirnya kelimanya pergi meninggalkanku sendiri ditengah bau Danur yang semakin mengusik hari-hariku. Kalian tahu apa itu Danur? Danur adalah air yang muncul dari jasad mahkluk hidup yang telah mati dan membusuk. Kututup penciumanku, kututup mataku, kututup hatiku untuk Danur-Danur baru yang muncul sepeninggal mereka.

Berjuang menyeimbangkan langkah agar tetap merasa normal hingga akhirnya kutemukan cara agar semuanya terasa baik-baik saja. Tak selamanya Danur itu menyengat dan membuatku lunglai, kelima sahabatku pergi…namun segala sesuatunya selalu sama, kepergian mereka mendatangkan sahabat-sahabat baru untukku. Pengalaman-pengalaman baru, kisah-kisah baru. Drama… selalu dipenuhi drama.

Telah kubuka gerbang dialog antara aku dan dunia mereka, telah kurangkai kisah-kisah baru. Penciumanku tetap tertutup rapat, namun kini telinga, mata, hati, dan pikiranku terbuka lebar untuk mereka..

Tak selamanya Danur itu menjijikkan…

Karena kini aku bisa mencium banyak wewangian yang muncul karenanya…

Peter, William, Hans, Hendrick, Janshen, Samantha, Jane, Ardiah, Edwin, Teddy, Sarah, Elizabeth, Kasih… adalah beberapa tokoh dari sekian banyak sahabat di proses hidupku hingga kini…
Cerita tentang mereka kurangkum dalam sebuah karya yang kuberi nama, “Danur”.

Diambil dari laman blog Risa Saraswati