8.20.2011

sepatungu


Tidak satu aku melihatmu dua
Dua pasang sepatu yang sama
dua gadis berbeda
hebat
Tidak sengaja, hari tadi kami kembar
Banyak tawa
kemudian pergi jalan

R!




Segala sesuatu itu butuh proses.
Selama proses itu ada, artinya akan ada sesuatu yang dihasilkan. Meski belum dapat ditentukan kapan dan bagaimana. Tapi aku yakin proses yang lama akan menghasilkan sesuatu yang lebih besar, baik nilai atau harganya. Proses belajar, proses apapun.
Termasuk proses untuk menemukan seorang yang tepat.
Begitulah hidup, segala sesuatunya tidak akan lepas dari sebuah proses.

Waktu menulis ini, tiba-tiba aku mengingatmu.

Proses mencintaimu yang tidak sederhana tentu saja.
Berawal dari ketidaktauan mengenai siapa kamu, namamu, tempat tinggalmu dan segala sesuatu tentangmu. Aku tidak tau sama sekali. Tidak ingin tau.
Tapi ada sesuatu yang memaksaku. Memaksa diri untuk bertanya “siapa dan yang mana”
Penasaran itu ada.

Aku bisa memandangmu kala itu, dari balik jendela kelas muram, agak jingjit. Kau tepat berada dihadapanku. Berjumpa denganmu didepan kelas, dijalan, dikolam renang adalah hal yang menyenangkan. Setidaknya ada yang bisa aku lirik.
Ada sesuatu yang menarik pengelihatanku saat itu. Sesekali aku menoleh kearahmu dan memastikan kaupun sedang melihatku. Saat pandangan kami bertemu, ingin rasanya melempar senyum padamu namun berat.berat.

Rasa itu berlalu
Seperti hembusan angin yang menjadi dingin
Tak diingat sama sekali
Tapi selalu kurindukan

Kembali. Kini kamu ada dilayar handphone dengan sejumlah angka berderet (tanpa nama).
Kehadiran itu seperti sebuah CD memorian yang diputar ulang. Atau seperti album kenangan berdebu yang tidak sengaja dibuka hendak dibersihkan.

Aku tau, hatiku loncat-loncat saat mengenalmu kembali. Sedikit lebih dekat kali ini.
Tidak hanya senyum, aku menghabiskan waktu berdua bersama gagang telepon yang mulai panas.
Aku dapat mendengar bisikan dan merasakan hembusan nafasmu disana.
Hatiku bilang “ingin jatuh cinta lagi”
Benar, pikiran dan hati sinkron. Mereka ingin kamu ada disini tuan. Maukah?
Menunggumu dipinggir jalan dekat sekolah itu mengesalkan!
Memandangi teman-teman yang hendak pulang, menyapa dan melambaikan tangan.
Tapi hatiku senang melihatmu datang.
Jika dulu aku tidak mengenalmu, mungkin sekarang juga.
Kini tak lagi sama.
Entah darimana seperti ada masa dimana kita pernah besama.


Tiba-tiba aku sedih, mengingat tentangmu untuk kedua kalinya. Pilu.
Kali ini aku melihatmu lebih seperti air mata yang jatuh.

Mencintaimu tidaklah mudah. Terkadang aku yakin, kemudian ragu, yakin, ragu.
Aku mencintaimu bukan untuk sementara. Percayalah.
Sayang
aku merasa ada kalanya kau mencintaiku penuh-penuh kemudian menarik kembali cinta itu perlahan. Kamu tau, betapa menyakitkan rasa itu.
Memberikan harapan, kemudian dihancurkan kembali. Aku kangen, tapi kau tidak peduli.
“aku selalu cinta, tapi kamu tidak”

Melihatmu dengan orang lain itu tidak enak, seperti dipaksa minum obat pahit tanpa diberi minum.
Walau hanya foto atau mimpi sekalipun. Melihatmu berbincang dengan seseorang. Denganku tidak pernah se’asyik itu.
aku mengatakan “tidak apa-apa” padahal mataku berurai air mata.
Selama bersamamu, aku menemukan bahwa cinta ini murni. Mungkin aku hanya akan meminta imbalan yaitu hidup bersamamu. Terlalu dalam.
Kemudian aku harus menerima kenyataan bahwa cinta ini tidak ada. Aku tidak ingin menangis lagi.
Ada kata CUKUP menahan tubuhku yang  hampir jatuh.
Aku ingin mencintaimu seperti anak kecil saja. Seperti dulu. Hanya saling melihat tapi tidak saling memandang. Saling bertemu tapi hanya melihat dan melambai dari kejauhan.
Lalu aku menentukan sebuah keputusan. Mungkin aku harus beranjak, move on, melepaskanmu utuh. Hingga tidak ada sisa lagi dihatiku. Saling melepaskan itu lebih bijaksana.
Sangat berat mengatakan hal yang tidak aku ingini.
Ada tanda tanya besar diwajahmu. Namun terlalu sulit jika aku jelaskan.
Kata TIDAK menjelma menjadi sebuah air mata. Kasihan ia tidak bisa menjerit. Aku sudah membekapnya dengan kain berlapis-lapis dan menyimpannya dipaling pojok, diikat.

Kau akan melepaskanku mudah. Begitu saja.
Tapi aku salah. Menyayangi itu, merelakan pergi atau justru dengan penolakan lembut?
Aku suka caramu.
Mempertahankan itu hebat menurutku. Sangat keren.
Romantis. Aku melihat kesungguhan dimata itu. Seolah berkata aku tidak bisa tanpamu. Benarkah??
Memelas tapi tetap tersenyum.
Kau takut aku berpaling? Sungguh?
Berpaling itu hanyalah soal waktu. Tidak ada orang yang tau masa depan.
Menoleh dan berbalik badan itu mudah. Tapi sulit untukku, karena aku tidak mau itu.
Tertawa bersamamu aku suka. Aku suka duduk dekat-dekat denganmu. Nyaman berada disisimu, merasa terlindungi walaupun aku tetap sakit perut. Aku suka bahumu, ingin bersandar disitu.
Aku suka wangi parfummu. Pelukmu mungkin menyembuhkanku. 
Tidak ada kata kesempatan, tapi hanya ada keyakinan. Aku malah bersyukur telah memiliki seseorang. Dengar, aku tidak akan melepaskan tanganmu.
Aku berdoa pada Tuhan, jika boleh aku ingin memilikimu. Aku hanya ingin hidup bersamamu.
Tuhan hanya tersenyum saat itu.