Kamu terlihat cool, dengan potongan rambut baru yang bikin pangling.
Ganteng. Ya, Cuma itu yang ada dipikiranku sekarang. Sambil menunggu minuman yang kita pesan, diam-diam
aku melirik untuk mengagumi penampilanmu malam ini.
Sudah hampir setengah jam, dan kamu masih berdiam diri. Memandangi gelas yang isinya sudah habis. Lalu
kamu menarik napas. Spontan, aku langsung mengarahkan mataku padamu. eh aku kira
kamu akan memulai bicara, tapi sekarang malah memainkan es. Memutar-mutarnya dengan
sedotan.
Malam ini kita ketemu ya? Aku mau bicara, penting!
Pesan itu masih terngiang dalam benakku. Sepenting apa sih? Ayo dong!
penasaran nih.
“Mau pesan makan
dulu?” Kamu seperti sedang mencari cara membuat dirimu tenang. Matamu menatapku
tajam. Ada cinta, juga beban disana.
“Tidak usah. Aku
mau dengar.. “ belum selesai, kamu langsung memotong.
“Minggu depan aku
ke Jakarta. Jadi mahasiswa disana.” Sekarang kau malah bersemangat. Cuma ini
saja, dan aku harus menunggu lama? Tapi matamu sayu. Mencurigakan. Ingin
bertanya kenapa atau ada apa? Tapi aku masih tahan dan coba sabar.
“hah?? bagus
dong. Bukannya cita-cita kamu kuliah disana?” Sepertinya aku mulai tahu kemana arah
pembicaraan kita.
“iya...” Suaranya melembut sekarang.
“iya.. terus? Apa
kita masih pacaran?” Aku tidak tahan. Sudah habis kesabaranku. Aku tidak mau kamu mengundur-undur atau berdiam diri lagi.
Lima jari kananmu
menyisir rambut depan, kebelakang. Kemudian bersandar pada kursi yang lebih
mirip sofa. Sangat keren. “Ya iya dong sayang, Long distance relationship masih bisa kan? Kalau kamu
percaya..” Ingin menjerit rasanya. Sama sekali tidak pernah kubayangkan kalau saat-saat
ini akan datang.
Rindu itu sama
sekali tidak indah, tidak manis, dan tentu saja tidak enak. Menyiksa.
“Cita atau
cinta?? Kamu menatapku dengan mata penuh pertannyaan.
Baiklah, tidak usah. Aku tau jawabannya.
Baiklah, tidak usah. Aku tau jawabannya.
No comments:
Post a Comment